Translate

Minggu, 13 November 2011

GOA AKBAR (Ruang dan Ornamen Batu)

Tuban memang pantas dengan sebutannya sebagai Kota Seribu Goa, salah satunya Goa Akbar yang terletak ditengah kota tepatnya dibawah pasar baru Tuban. Goa Akbar sendiri menyimpan banyak misteri yang mengagumkan. Didalam goa ini terdapat banyak ruang dan ornament batu dalam berbagai bentuk, yang tentunya mempunyai kisah tersendiri.


Pertapaan Andong Tumapak
Andong = inggil (tinggi) ; Tumapak = tempat duduk
Adalah tempat untuk ber tapa yang menggantung diatas
Sejarahnya : sebagai tempat pertapaan Sayyid Abd Asyari (Sunan Bejagung) dalam rangka memenuhi permintaan Bupati Tuban pada waktu itu untuk memohon petunjuk pada Tuhan dalam menghadapi serangan musuh.


Sendang Tirta Merta
Adalah kolam air kehidupan (dgn adanya Goa Akbar diharapkan bisa menjadikan lapangan penghidupan masyarakat Tuban dan bisa meningkatkan kesejahteraan serta lapangan kerja)

Lorong Hawan Samodra
Hawan = tembus ; Samodra = samudra (laut bebas)
Adalah lorong yang memanjang  sekitar  1 km hingga tembus bawah laut pantai utara pulau Jawa.
Sejarahnya : menurut hasil penelitian, didalam lorong tersebut pernah ditemukan tanah bercampur ijuk sehingga diduga dahulu dipakai tempat penyimpanan harta karun.



Ruangan Songgo Langit
Ruangan dimana kita bisa melihat langit secara bebas dari dalam goa melalui lubang angin


Selo Sardulo  Batu yang bentuknya mirip macan
Selo Turangga  bebatuan yang bentuknya mirip kuda
Lorong Landak  Lorong tempat persembunyian/sarang  hewan Landak


Pendopo Watu Datar  Ruangan besar sebagai sarang Kelelawar


Prapen Empu Supa
Prapen = perapian
Batu untuk tempat perapian (untuk pembuatan senjata) milik Empu Supa dari desa Derwawu  Semanding


Pasepen Kori Sinandhi
Pasepen = tempat semedi ;  Kori  = pintu ; Sinandhi = rahasia/tersembunyi
Sebuah ruangan didalam goa yang cukup luas untuk bersemedi/bertapa dengan pintu yang kecil dan tersembunyi

Gawang Marabaya
Gawang = pintu  ;  Marabaya = bahaya
Pintu masuk dari sebuah lorong (sekitar 20 m) dan akan menemui sumur sedalam 14 m, dimana didalamnya terdapat  sungai bawah tanah dan bila ditelusuri akan tembus dengan Goa ngerong Rengel yang jaraknya 25 km, dan akan   bermuara dilaut utara pulau Jawa

.
Mahamandhapa Sri Mangati / Sasana Krida Budaya
Mahamandhapa = pendapa yang luas
Sri Manganti = diambil dari nama pendapa didalam komplek makam Sunan Bonang
Sejarahnya : tempat untuk rapat/pertemuan para wali songo



Pasujudan Baitul Akbar  (Mushola)
Sebuah moshola yang terdapat didalam goad an pernah digunakan oleh Sunan Bonang dan para wali untuk melaksanakan sholat

Senin, 07 November 2011

SRI HUNING MUSTIKA TUBAN

SriHuning (Perang Sampyuh)




Selain R.A. Ranggalawe, ada juga seorang tokoh legendaries bagi masyarakat Tuban. Dia seorang prajurit wanita bernama Sri Huning , putri Demang Wangsapati (juru penongsong) Adipati Ranggamurni yang gugur waktu peperangan. Dan akhirnya SriHuning diangkat menjadi saudara  Raden Wiratmaja putra seorang Adipati.
Ketika upacara pernikahan R. Wiratmaja dengan Kumalaretno (putri  Adipati Bojonegoro), datanglah Adipati Jala Sudibyo dari  Lamongan dengan pasukannya untuk menyerang Kadipaten Bojonegoro (karena lamaran dari Adipati Jala Sudibyo ditolak) dan akhirnya  Kadipaten Bojonegoro kalah. Demi ketentraman dan keselamatan mempelai berdua  Sri Huning maju ke medan laga memporak-porandakan pasukan Lamongan. Akhirnya terjadilah  peperangan/perkelahian antara Adipati Jala Sudibyo melawan SriHuning (Perang Sampyuh) dan gugurlah SriHuning sebagai Mustika Tuban. 

Senin, 10 Oktober 2011

Kelenteng Tjoe Ling Kiong & Kwan Sing Bio

Bagi orang Tionghoa Kelenteng bukan sekedar tempat ibadah, tapi juga sebagai tempat interaksi
sosial, serta ekonomi (Pada setiap kelenteng pasti terdapat altar tempat pemujaan. Pada kelenteng yang besar bahkan terdapat lebih dari satu altar yaitu altar utama dan altar pendamping. Diatas altar utama inilah diletakkan patung dari dewa utama yang dipuja pada kelenteng tesebut.Jadi dari patung utama inilah kita mengetahui kepada siapa kelenteng tersebut dipersembahkan. Pada kota-kota pelabuhan di
Asia Tenggara umumnya kelenteng dipersembahkan kepada dewa keselamatan atau dewa pelaut yang dinamakan ‘Tianhou’ atau dalam bahasa setempat terkenal dengan sebutan Makco.
Kelenteng Tjoe Ling Kiong di Jl. P. Sudirman no.104, Tuban juga dipersembahkan kepada dewa ‘Tianhou’ ini. Dari buku : Chinese Epigraphic Material in Indonesia dari Wofgang Franke (1996),
dapat diketahui bahwa kelenteng di Indonesia juga digunakan
 Permukiman Tionghoa di Tuban sudah ada sejak lama seperti di tulis oleh Levathes (1994:184):
As early as the tenth century, Chinese refugees, mainly from Guangdong and Fujian
provinces, settled in Java. An as we seen, in the early of fifteenth century, Zheng He (Cheng Ho) found large settlement of Chinese in Gresik, Tuban, and Majapahit on Java’s north coast…..”
Orang Tionghoa menyebut Tuban sebagai ‘Duban’ atau ‘Chumin’. Ma Huan pengelana bangsa
Tionghoa (1433), mengatakan bahwa di Tuban waktu itu sudah terdapat permukiman orang Tionghoa yang berasal dari propinsi Guangdong dan Fujian, tepatnya daerah Zhangzhou dan Quanzhou.
. Dari sumber Cina yang lain, dikatakan bahwa dua orang komandan tentara Mongol (dinasti
Yuan 1279 – 1368) yang bernama Shi Phi dan Kau Shing pada th. 1292 mendarat di Tuban dalam ekspedisinya ke Jawa (Franke, 1997:861)
Sekarang ini kota Tuban mempunyai dua buah kelenteng. Yang pertama adalah ‘Ciling Gong’ atau
dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Tjoe Ling Kiong”. Papan nama yang dipasang didepan tempat
peribadatan tersebut adalah : “Tempat Ibadah Tridharma Tjoe Ling Kiong”, terletak di Jl. Sudirman
104 Tuban, disebelah Utara alun-alun Tuban yang sekarang. Yang kedua adalah Guansheng Miao atau
dalam dialek Hokkian disebut sebagai “Kwan Sing Bio”. Kelenteng ini terletak di Jl. Martadinata no.1.
Tuban.
, Kelenteng Tjoe Ling Kiong, Jl. P. Sudirman 104 ,Tuban
Di dalam kelenteng terdapat inskripasi tentang retorasi yang dilakukan pada th. 1850. Jadi diperkirakan kelenteng tersebut sudah ada jauh sebelum th. 1850.
Kelenteng Tjoe Ling Kiong atau sekarang sering disebut sebagai Tempat Ibadat Tridarma, dipersembahkan untuk Dewi Tianhou (.Tianhou atau Ma Zu atau Mak Co (Hokkian), juga dikenal
dengan sebutan Tian Shang Sheng Mu ( Mandarin) atau Thian Siang Sing Bo adalah dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian (Hokkian) Tapi disamping altar utamanya juga terdapat patung dewa
lain yaitu Fude Zhengshen (Fude zhengshen adalah ‘dewa bumi dan kekayaan’) dan Jialia

Kelenteng Kwan Sing Bio27, JL. Martadinata No.1, Tuban
Orientasi dari kelenteng ini dihadapkan kearahlaut. Tempat ibadah ini dipersembahkan kepada dewa ‘Guandi’. Pada altar yang ada disampingnya juga diletakkan patung kedua pengikut Guandi yaitu
Guan Ping dan Zhou Cang. Kendaraan Guandi yang berupa kuda sakti juga dipuja disana. Ulang tahun
dari dewa ini dirayakan pada tanggal 24 bulan keenam pada sistim penanggalan Tionghoa. kelenteng tersebut didirikan pada th. 1773. Tapi inskripsi tertua yang terdapat di kelenteng tersebut berangka tahun 1871
  
                  28682318
           

Minggu, 09 Oktober 2011

Mesjid AGUNG (Jami’)


Mesjid Raya Tuban dibangun th.1894, pada waktu pemerintahan Raden Tumenggung Koessoemodigdo
(Bupati Tuban ke XXXV). Arsitek mesjid Jami tersebut berkebangsaan Belanda bernama
H.M.Toxopeus (.Pada salah satu sudut bangunan mesjid tersebut terdapat batu pualam yang diatasnya tertulis: Batoe pertama dari inie missigit dipasang pada hari Ahad tanggal 29 Yulie 1894, oleh Raden Toemenggoeng Boepati Toeban. Ini terbikin oleh toewan Opzichter B.O.W. H.M. TOXOPEUS. Opzichter = pengawas. B.O.W. = Burgerlijke Openbare Werken (Dinas Pekerjaan
Umum, jaman Belanda) Sebagaimana biasanya mesjid ini terletak di sebelah Barat alun-alun. Sunan Bonang
yang merupakan salah satu dari Walisongo, sudah berdakwah di daerah sekitar Tuban sejak akhir abad
ke 14, setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Jadi diperkirakan agama Islam sudah masuk ke Tuban
pada abad ke 14. Mesjid ini merupakan salah satu mesjid yang terbesar dan termegah di Jawa Timur
sebelum kemerdekaan th. 1945. Sejak th. 2000, mesjid raya Tuban di pugar total  dan
sekaligus merupakan rencana revitaslisasi alun-alun serta bangunan disekitarnya. Sekarang mesjid ini
kembali merupakan salah satu mesjid yang termegah di Jawa Timur.




Kamis, 06 Oktober 2011

GOA AKBAR


Tidak seperti gua-gua alam lainnya terletak di tempat-tempat terpencil,Goa ini merupakan Goa alami yang indah dengan beberapa sentuhan tambahan di dalamnya seperti kolam air tawar dan ikan-ikan mas yang terpelihara dengan baik. Nama Goa Akbar ini diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh di depan Goa, yaitu pohon Abar.
Di beberapa ruang dalam goa ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai tempat bertapa Sunan Kalijogo dan Sunan Bonang. Pada sisi lain dari dalam goa terdapat sebuah ruangan yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk melakukan ibadah sholat. Bagian ini memiliki lantai dasar goa yang telah dilapis keramik warna putih dan hitam sebagai penanda barisan sholat. Gua Akbar yang merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Tuban berada tepat di bawah pasar rakyat. Aktivitas perdagangan sibuk di pasar adalah kontras dengan kesunyian diselingi gemercik air saat berada di gua. Di dalam gua ini juga dibangun sebuah kolam air tawar dengan ikan mas di dalamnya sederhana, ini secara otomatis memberikan nilai tambah bagi pengunjung saat mengunjungi objek wisata ini.Nama Akbar konon berasal dari nama sebuah pohon yang tumbuh di depan gua, Abar pohon. Namun, sumber lain menyebutkan nama Akbar diberikan oleh kabupaten Tuban yang merupakan akronim dari Aman Asri, Kreatif, Bersih dan Rapi tidak lain adalah slogan kabupaten Tuban itu sendiri
 Goa Akbar  sendiri memiliki nilai religius. Sunan Bonang mengatakan bahwa gua dilihat sebagai Sunan Kalijogo diundang oleh Raden Mas kemudian bernama Sahid. Beberapa tempat di gua diyakini sebagai Sunan Kalijogo Akbar dan Sunan Bonang telah dipenjarakan. Sebagai ceruk yang diberi nama Pasepen Sinandhi Koro, di mana pintu dirahasiakan. Ceruk ini adalah pintu yang sangat kecil. Untuk memasukinya, orang dewasa harus merangkak atau paling tidak bengkok. Oleh orang-orang di tikungan diyakini memiliki prosesi makna filosofis yang tinggi, yakni pengunjung diingatkan bahwa di mata Allah semua harus merendahkan diri mereka sendiri.Di sisi lain gua ada ruang yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk melakukan ibadah sholat mereka. Bagian ini memiliki lantai dasar gua yang telah dilapisi keramik putih dan hitam sebagai penanda garis doa. Beberapa pengunjung tampak meluangkan waktu untuk berdoa sejenak di tempat ini.Sebuah ruangan yang cukup besar ada juga di dalam gua ini dinamai Paseban Wali yang pernah diyakini digunakan oleh Walisongo untuk mengumpulkan dan menyampaikan ajaran Islam. Satu hal yang harus dieksplorasi lebih lanjut, mengingat Wali Songo hidup tidak persis pada saat yang sama.
 Lokasi gua berada tepat di bawah pasar rakyat.Namun, Paseban The Guardian itu seperti ruang pertemuan. Keberadaan lubang di langit-langit gua sampai cahaya matahari masuk dalam bentuk jalur cahaya yang jelas. Stalaktit dan stalagmit serta dekorasi kamar. Itu ditambah dengan adanya batu-batu besar yang terletak di ruang depan, adalah sebagai podium bagi pembicara.Sejak renovasi pada tahun 1996, Akbar gua lebih menarik untuk dikunjungi. Trails didalam gua terbuat dari paving block dengan pembatas pagar besi (sebagian besar dari mereka telah di krom) pada sisi tampaknya memberikan kesan bersh dan rapi. Pagar pembatas sengaja dipasang agar pengunjung tidak untuk mengeksplorasi tanpa arah saat berada di gua. Cukup ikuti jalur yang telah dibuat secara otomatis dapat dinikmati seluruh gua. Di banyak tempat, pas berwarna terang lampu yang bahkan kurang bisa menunjukkan tekstur gua, tapi cukup untuk menciptakan suasana nyaman.Jika Anda mengunjungi kota Tuban, tidak ada salahnya meluangkan waktu untuk mengunjungi Gua tarik Akbar. Pengaturan ini adalah rapi dan bersih membuat objek wisata ini layak obyek wisata andalan Kabupaten Tuban.